MAKALAH
GANGGUAN PERDARAHAN SETELAH PERSALINAN
(HEMORRAGHE POST-PARTUM)
Dosen
Pengampu
Ns.Rining
Sulistya R,Skep
Nama
Kelompok 1
1. Ahmad
Sholikhul Amali ( 01314001
)
2. Faishal
Dany Sabri ( 01314021
)
3. Hartining ( 01314028
)
4. Riska
Maulida Saropina ( 01314050
)
KELAS
VI-A
PRODI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
2016
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaikum
w. w.
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang karena limpahan rahmat dan
kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “GANGGUAN PERDARAHAN SETELAH PERSALINAN (HEMORRAGHE POSTPARTUM)”,
sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah SISTEM REPRODUKSI.
Tentunya
ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya makalah ini. Untuk
itu penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepada Ns.Rining sulistya R., S.Kep
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Dan
tak lupa penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang
telah memberikan support kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun
telah menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya, namun pastilah masih memiliki kekurangan. Maka dari itu,
penyusun berharap banyak masukan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Wabilahi
taufik walhidayah wa ridho wal inayah tsumasalammu’alaikum w. w.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3
Tujuan.............................................................................................................. 2
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi penulis................................................................................................ 3
1.4.2
Bagi pembaca.............................................................................................. 3
BAB II :
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1
Definisi............................................................................................................
4
2.2
Anatomi dan Fisiologi.....................................................................................
4
2.3
Klasifikasi.......................................................................................................
5
2.4
Etiologi............................................................................................................
6
2.5
Manifestasi .................................................................................................... 11
2.6
Patofisiologi .................................................................................................. 12
2.7
Pathway.......................................................................................................... 13
2.8
Komplikasi .................................................................................................... 14
2.9
Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
14
2.10
Penatalaksanaan ............................................................................................ 15
BAB III :
PENUTUP
3.1
Kesimpulan....................................................................................................
17
3.2
Saran..............................................................................................................
17
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Berbicara tentang
persalinan sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, karena semua persalinan
baik pervaginam ataupun perabdominal (sectio cesarea) selalu disertai
perdarahan. Pada persalinan pervaginam perdarahan dapat terjadi sebelum, selama
ataupun sesudah persalinan. Perdarahan bersama-sama infeksi dan gestosis
merupakan tiga besar penyebab utama langsung dari kematian maternal.
Kematian
maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi
dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab lain seperti penyakit jantung,
kanker, dan lain sebagainya.
Suatu
perdarahan dikatakan fisiologis apabila hilangnya darah tidak melebihi 500 cc
pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea.
Perlu
diingat bahwa perdarahan yang terlihat pada waktu persalinan sebenarnya
hanyalah setengah dari perdarahan yang sebenarnya. Seringkali sectio cesarea
menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, harus diingat kalau narkotik akan
mengurangi efek vasokonstriksi dari pembuluh darah.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud
dengan perdarahan post partum?
2.
Apa yang menjadi
etiologi dari perdarahan post partum?
3.
Apa yang menjadi
manifestasi dari perdarahan post
partum?
4.
Bagaimana klasifikasi
dari perdarahan post partum?
5.
Bagaimana patofisiologi
dari perdarahan post partum?
6.
Apa komplikasi yang
timbul dalam perdarahan post partum?
7.
Bagaimana pemeriksaan
penunjang untuk perdarahan post
partum?
8.
Bagaimana pengobatan
dan pencegahan untuk perdarahan post
partum?
1.3
TUJUAN
1.3.1
TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui lebih
dalam dan detail mengenai perdarahan
post partum dan mengetahui proses patofisiologi.
1.3.2
TUJUAN KHUSUS
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan kusus penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang perdarahan
post partum.
2. Untuk
mengetahui etiologi dari perdarahan post
partum.
3. Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari perdarahan
post partum.
4. Untuk
mengetahui klasifikasi dari perdarahan
post partum.
5. Untuk
mengetahui patofisiologi dari perdarahan
post partum.
6. Untuk
mengetahui komplikasi yang timbul dalam perdarahan
post partum.
7. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang untuk perdarahan
post partum.
8. Untuk
mengetahui pengobatan dan pencegahan untuk perdarahan
post partum.
1.4
MANFAAT
1.4.1
PENULIS
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat menambah pengetahuan
serta wawasan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan tentangperdarahan post partum.
1.4.2
PEMBACA
Penyusunan makalah ini, supaya dapat digunakan sebagai bahan referensi
atau sumber bacaan untuk menambah atau memahami tentang demam
tifoid serta patofisiologi terjadinya post
partum.
BAB
II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1
DEFINISI PERDARAHAN POST-PARTUM
Definisi,
klasifikasi, dan pengobatan perdarahan postpartum hampir tidak ada perubahan
selama 50 tahun terakhir. Perdarahan postpartum ditetapkan oleh World Health
Organization (2002) sebagai kehilangan darah nifas 500 ml atau lebih yang
terjadi setelah anak lahir. Perdarahan postpartum juga didefinisi sebagai
pendarahan dari saluran genital yang lebih dari 500 ml setelah melahirkan
melalui vagina atau lebih dari 1000ml setelah melahirkan secara caserean(Alam,
2007).
2.2
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Uterus
(rahim) berbentuk seperti buah pear yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam kampong dan mempunyai rongga (Prawirohardjo,
2008). Besarnya rahim berbeda-beda, bergantung pernah melahirkan anak atau
belum (Mochtar, 1998).
Uterus
terdiri dari tiga bagian besar, yaitu, fundus uteri yang berada di bagian
uterus proksimal, badan rahim (korpus uteri) yang berbentuk segitiga, dan leher
rahim (serviks uteri) yang berbentuk silinder (Prawirohardjo, 2008). Korpus
uteri adalah bagian terbesar uteri, merupakan 2/3 bagian dari rahim. Pada
kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat utama bagi janin untuk
berkembang dan hidup (Cunningham,2005). Serviks uteri terbagi kepada dua
bagian, yaitu pars supra vaginal dan pars vaginal. Saluran yang menghubungkan
orifisium uteri internal (oui) dan orifisium uteri external (oue) disebut
kanalis servikalis, dilapisi kelenjar-kelenjarserviks. Bagian rahim antara serviks dan korpus disebut isthmus atau
segmen bawah rahim. Bagian ini akan mengalami peregangan dalam proses kehamilan
dan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Dinding rahim secara secara histologiknya terdiri dari
3 lapisan, yaitu lapisan mukosa (endometrium) di dalam, lapisan otot-otot polos
(lapisan miometrium) di tengah, dan lapisan serosa (lapisan peritoneum) di luar.
Lapisan otot-otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik
yang berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan karena
sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang terbuka sehingga perdarahan berhenti
(Prawirohardjo, 2008).
Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterina kiri
dan kanan yang terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah
ini berasal dari arteria iliaka interna (arteria Hipogastrika) dan arteria
ovarika (Prawirohardjo, 2008). Bagian endometrium disuplai darah oleh arteriol
spiralis dan basalis. Arteriol spiralis yang memegang peran dalam mensturasi
dan member nutrisi kepada janin yang sedang berkembang dalam uterus (Impey,
2008).
2.3
KLASIFIKASI
Menurut
waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian, yakni :
Ø Perdarahan postpartum primer (early postpartum
hemorrhage), yaitu kehilangan darah yang terjadi dalam
24 jam pertama setelah melahirkan(Mochtar,1998)
Ø Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage), yaitu kehilangan darah yang terjadi antara
24 jam sampai 6 minggu setelah
melahirkan. (Norwitz, 2010)
Perdarahan postpartum primer bisa terjadi karena atoni
uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, inversi uteri, ruptura uteri, dan
gangguan koagulasi, sedangkan perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi
akibat sisa plasenta dalam uteri. (Prawirohardjo, 2008)
2.4
ETIOLOGI
Banyak faktor
potensial yang dapat
menyebabkan hemorrhage postpartum,
faktor-faktor yang
menyebabkan hemorrhage postpartum
adalah atonia uteri, perlukaan
jalan lahir, retensio
plasenta, sisa plasenta,
kelainan pembekuan darah.
1.
Tone Dimished : Atonia
uteri
Atonia
uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim.Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan
plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar
dan lembek pada
palpusi. Atonia uteri
juga dapat timbul karena salah
penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya
kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan
terlepas dari uterus.
Atonia uteri merupakan
penyebab utama perdarahan postpartum.Disamping menyebabkan
kematian, perdarahan postpartum
memperbesar kemungkinan
infeksi puerperal karena
daya tahan penderita
berkurang. Perdarahan yang banyak bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat nekrosis
pada hipofisis pars
anterior sehingga terjadi
insufiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia, hipotensi, dengan
anemia, turunnya berat badan sampai
menimbulkan kakeksia, penurunan
fungsi seksual dengan atrofi
alat-alat genital, kehilangan
rambut pubis dan
ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
Beberapa
hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi :
a. Manipulasi
uterus yang berlebihan,
b. General
anestesi (pada persalinan dengan operasi),
c. Uterus
yang teregang berlebihan,
d. Kehamilan
kembar,
e. Fetal
macrosomia (berat janin antara 4500 – 5000 gram),
f. Polyhydramnion,
g. Kehamilan
lewat waktu,
h. Partus lama,
i.
Grande multipara
(fibrosis otot-otot uterus),
j.
Anestesi yang dalam,
k. Infeksi
uterus (chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia),
l.
Plasenta previa,
m. Solutio
plasenta.
2.
Tissue
a) Retensio
plasenta
b) Sisa
plasenta
c) Plasenta
acreta dan variasinya.
Apabila plasenta
belum lahir setengah
jam setelah janin
lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal
ini bisa disebabkan
karena : plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.Jika plasenta belum lepas
sama sekali, tidak terjadi perdarahan,
tapi apabila terlepas sebagian maka
akan terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta
belum lepas dari dinding uterus karena :
Ø Kontraksi uterus
kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
Ø Plasenta melekat
erat pada dinding
uterus oleh sebab
vilis komalis menembus desidva
sampai miometrium –sampai
dibawah peritoneum (plasenta
akreta–perkreta).
Plasenta yang
sudah lepas dari
dinding uterus akan
tetapi belum keluardisebabkan oleh
tidak adanya usaha
untuk melahirkan atau
karena salahpenanganan kala
III. Sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio
plasenta).Sisa plasenta yang
tertinggal merupakan penyebab
20-25 % dari
kasus perdarahan postpartum.Penemuan
Ultrasonografi adanya masa
uterus yang echogenic
mendukung diagnosa retensio sisa
plasenta. Hal ini
bisa digunakan jika
perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum
hemorraghe. Apabila didapatkan cavum
uteri kosong tidak
perlu dilakukan dilatasi
dan curettage.
3.
Trauma
Sekitar 20%
kasus hemorraghe postpartum
disebabkan oleh trauma
jalan lahir
a. Ruptur
uterus
b. Inversi
uterus
c. Perlukaan
jalan lahir
d. Vaginal
hematom
Ruptur
spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan antara lain
grande multipara, malpresentasi, riwayat
operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat
mengenai uterus, cervix,
vagina, atau vulva,
dan biasanya terjadi karena
persalinan secara operasi ataupun
persalinan pervagina dengan bayi
besar, terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep, walau begitu laserasi
bisa terjadi pada
sembarang persalinan. Laserasi
pembuluhdarah dibawah mukosa
vagina dan vulva
akan menyebabkan hematom, perdarahan akan
tersamarkan dan dapat
menjadi berbahaya karena
tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan
terjadinya syok.Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau
vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau jika
ada penundaan antara
persalinan dan perbaikan
episitomi.
Perdarahan yang
terus terjadi (terutama
merah menyala) dan
kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi
ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix
atau vagina diketahui
sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion
uteri bagian atas
uterus memasuki kovum
uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
Peristiwa ini
terjadi tiba-tiba dalam
kala III atau
segera setelah plasenta keluar.
Inversio
uteri dapat dibagi :
Ø Fundus uteri
menonjol kedalam kavum
uteri tetapi belum
keluardari ruang tersebut.
Ø Korpus
uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
Ø Uterus
dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besarterletak diluar vagina.
Tindakan
yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada korpus uteri yang tidak
berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas
dari dinding uterus.
Pada penderita
dengan syok perdarahan
dan fundus uteri
tidak ditemukan pada tempat
yang lazim pada
kala III atau
setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan
tumor yang lunak diatas servix uteri atau
dalam vagina. Kelainan
tersebut dapat menyebabkan
keadaan gawatdengan angka
kematian tinggi (15–70%).
Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk
keselamatan penderita.
4.
Thrombin : Kelainan
pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan
pembekuan darah bisa
berupa penyakit keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan
darah bisa berupa :
Ø Hipofibrinogenemia,
Ø Trombocitopeni,
Ø Idiopathic
thrombocytopenic purpura,
Ø HELLP syndrome
(hemolysis, elevated liver
enzymes, and low platelet count),
Ø Disseminated
Intravaskuler Coagulation,
Ø Dilutional
coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya
tidak fresh sehingga
komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.
Faktor resiko :
a.
Grande multipara
b.
Jarak persalinan
kurang dari 2 tahun
c.
Persalinan yang
dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan
oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa, terapi
tokolitik.
d.
Kelahiran sulit
atau manual dari plasenta
e.
Persalinan lama
atau di induksi
f.
Persalinan
mendadak atau traumatic
g.
Penyakit yang
diderita (Penyakit jantung, DM dan kelainan pembekuan darah)
2.5
MANIFESTASI
KLINIS
Suhu meningkat lebih dari 38o C, air
ketuban keruh kecoklatan dan berbau, leukositosis lebih dari 15.000/mm3
pada kehamilan atau lebih dari 20.000/mm3 dari persalinan. (Arief
Mansur, 1999)
Gejala
klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (500
ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah
rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik
Menurut
Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada limayaitu :
a. Atonia
Uteri
Gejala
yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek, terjadi
perdarahan segera setelah lahir.
b. Robekan
jalan lahir
Gejala
yang selalu ada : terjadi perdarahan segera, darah
segar mengalir segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio
plasenta
Gejala
yang selalu ada : plasenta belum lahir selama 30
menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala
yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
d. Tertinggalnya
sisa plasenta
Gejala
yang selalu ada : selaput yang mengandung pembuluh
darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul : uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio
uterus
Gejala
yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina
berisi massa, perdarahan segera, nyeri
sedikit atau berat.
Gejala
yang kadang-kadang timbul : syok
neurogenic dan pucat.
2.6
PATOFISIOLOGI
PERDARAHAN POSTPARTUM
Perdarahan
berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi uterus
lemah, maka arteri-arteri spiral yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tetap terbuka. Darah akan terus
mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya keluar
pervaginam (El-Refaey, 2003).
Setelah
kelahiran anak, otot-otot rahim terus berkontraksi dan plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding rahim selama jangka waktu tersebut. Jumlah darah
yang hilang tergantung pada berapa cepat hal ini terjadi. Biasanya, persalinan
kala III berlangsung selama 5-15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka
persalinan kala III dianggap lama (DepKes RI, 2004). Perdarahan postpartum bisa
terjadi karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta atau
karena plasenta melekat terlalu erat pada dinding uterus (Hakimi, 2003).
2.7
PATHWAY
Myometrium tidak mampu berkontraksi
|
Plasenta menempel terlalu kuat di dinding uterus
|
Trauma/Laserasi pasca persalinan
|
Kesalahan penanganan Kala III
|
Manipulasi uterus berlebih
|
Atonia Uteri
|
Retensio Plasenta
|
Plasenta keluar sebagian setelah partus
|
Perdarahan Post Partum
|
2.8
KOMPLIKASI
Komplikasi
perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok.Bila terjadi syok yang
berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan
infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat
sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler
merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak
(Chalik, 2000).
Ø Infeksi dan syok septic
Ø Anemia berat
Ø Sepsis purpuralis
Ø Rupture uterus
Ø Syok hipovolemik
Ø Kerusakan otak
Ø Tromoembolik
Ø Emboli paru
Ø Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi
spontan, hipoksia intra uteri, retardasi pertumbuhan intra uteri
Ø Kematian.
2.9
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Golongan darah
Rh,
golongan ABO, pencocokan silang
b. Darah lengkap
Hb/Ht
menurun, sel darah putih meningkat dan laju endap sedimentasi meningkat.
c. Kultur uterus dan vaginal
Infeksi
pasca partum
d. Koagulasi
FDP/FSP
meningkat, fibrinogen menurun, masa protombin memanjang karena adanya KID, masa
tromboplastin parsial diaktivasi, masa tromboplastin parsial (APTT/PTT)
e. Sonografi
Menentukan
adanya jaringan plasenta tertahan.
2.10
PENATALAKSANAAN
a) Medis
a. Pemberian oksitosi 10 IU IV atau ergometrin 0,5 mg IV,
berikan IM jika IV tidak tersedia
b. Lakukan pemeriksaan Hb, golongan darah dan pencocokan
silang
c. Berikan cairan IV dengan natrium laktat
d. Jika terjadi perdarahan yang berlebih, tambahkan 40 IU
oksitosin/liter pada infus IV dan aliran sebanyak 40 tetes/menit
e. Pada kasus syok yang parah, gunakan plasma ekspander
atau tranfusi darah dan pemberian oksigen
f. Berikan antibiotic berspektrum luas dengan dosis
tinggi
Ø Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap
6 jam dan gentamisim 100 mg stat IM, kemudian 80 mg setiap 8 jam dan
metronidazole 400 atau 500 mg secara oral setiap 8 jam.
Ø Atau ampisilin 1 gr IV diikuti 500 mg secara IM setiap
6 jam dan metronidazole 400/500 mg secara oral setiap 8 jam
Ø Atau benzil penisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta
setiap 6 jam dan gentamisin 100 mg stat IM lalu 80 mg setiap 8 jam.
Ø Atau benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU
IV setiap 8 jam dan kloramfenikol 500 mg secara IV setiap 6 jam.
g. Jika mungkin, persiapkan pasien untuk pemeriksaan
segera di bawah pengaruh anestesi.
b) Keperawatan
a. Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada
uterus jika uterus masih dapat teraba.
b. Kaji kondisi pasien (misalnya kepucatan, tingkat
kesadaran) dan perkiraan darah yang keluar.
c. Ambil darah untuk pemeriksaan Hb, golongan darah dan
pencocokan silang
d. Pasang infus IV sesuai instruksi medis
e. Jika pasien mengalami syok, pastikan jalan nafas
selalu terbuka palingkan waah ke samping dan berikan oksigen sesuai dengan indikasi
sebanyak 6-8 liter/menit melalui masker atau nasal kanul.
f. Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada dan
menjahit ulang jika perlu
g. Pantau kondisi pasien dengan cermat. Meliputi TTV,
darah yang hilang, kondisi umum (kepucatan, tingkat kesadaran) asupan kesadaran
dan keluaran urine dan melakukan pencatatan yang akurat.
h. Berikan kenyamanan fisik (posisi yang nyaman) dan
hygiene, dukungan emosional, lakukan instruksi medis dan laporkan setiap
perubahan pada dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perdarahan
postpartum ditetapkan oleh World Health Organization (2002) sebagai kehilangan
darah nifas 500 ml atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan
postpartum juga didefinisi sebagai pendarahan dari saluran genital yang lebih
dari 500 ml setelah melahirkan melalui vagina atau lebih dari 1000ml setelah
melahirkan secara caserean(Alam, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga Jilid Pertama,
Editor Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardani, Wiwiek
Setiowulan.
Prof.Dr.Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstretis, edisi
2 jilid 1, Editor Dr. Delfi Lutan, SpOG
Dr. Amru Sofian, Sp. OG(K). Onk. MWALS, 2011, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
Obstetri Fisiologi, Ed.3, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
What is the merit casino
BalasHapusWhich is the basis of the game? It is based on the game system of skill that has its 메리트 카지노 주소 origins in the febcasino Far East. The game rules 제왕카지노 are similar