ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA INGUINALIS
Dosen Pengampu: Ns. Ferawati S.Kep
Ns.
Maslichah,,S.Kep
Disusun
oleh kelompok:
1.
Riska Maulida Saropina (01314050)
2.
Nita Puspitasari (01314045)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada
kehadirat Allah SWT. Yang karena limpahan rahmat dan kekuatan yang diberikan
kepada kami dalam menyelesaikan makalah Askep yang berjudul “HERNIA
INGUINALIS”, sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan. Tentunya ada pihak-pihak yang turut
berperan dalam terselesaikannya makalah ini. Untuk itu penyusun sampaikan
ucapan terimakasih kepada Ns.Ferawati,S.Kep
dan Ns.Maslichah,S.Kep
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah askep ini.
Dan tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat
yang telah memberikan support kepada kami sehingga penyusun dapat menyeesaikan
makalah askep ini.
Penyusun telah menyusun makalah askep
ini dengan sebaik-baiknya,namun pastilah masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, penyusun berharap banyak masukan saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi penyusun dan pembaca,
paling tidak sebagai studi pembanding dengan askep lain.amin.
Bojonegoro, November
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul................................................................................................................. . i
Kata
pegantar.................................................................................................................. . ii
Daftar isi......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan
........................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat
..................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Definisi....................................................................................................................... 3
2.2
Etiologi....................................................................................................................... 3
2.3
Manifestasi Klinis....................................................................................................... 3
2.4
Patofisiologi............................................................................................................... 4
2.5
Pathway.................................................................................................................... . 5
2.6
Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................. 6
2.7 Komplikasi................................................................................................................. 7
2.8 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................. 8
BAB
III KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA INGUNALIS
3.1
Pengkajian.................................................................................................................. 9
3.2
Diagnosa.................................................................................................................... 10
3.3
Intervensi................................................................................................................... 10
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan................................................................................................................ 13
4.2 Saran ........................................................................................................................ 13
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Di negara berkembang seperti di
Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena
pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang
teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang
berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat
sehingga meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
Hernia dapat
dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya
penderita dan masyarakat mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun
berok, kelingsir, serta adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan
dan sebagian besar penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan
seperti operasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
definisi dari penyakit Hernia Inguinalis?
2. Apa
saja etiologi dari penyakit Hernia Inguinalis?
3. Apa
manifestasi klinis dari Hernia inguinalis?
4. Bagaimana
patofisiologis dari Hernia Inguinalis?
5. Bagaimana
dengan Pemeriksaan Dignostik Hernia Inguinalis?
6. Kateterisasi
pada Hernia Inguinalis?
7. Komplikasi
pada Hernia Inguinalis?
8. Penatalaksanaan
pada Hernia Inguinalis?
9. Asuhan
keperawatan pada px Hernia inguinalis?
1.3
TUJUAN
1. Agar
dapat menjelaskan definisi dari penyakit Hernia Inguinalis.
2. Agar
dapat menjelaskan etiologi dari penyakit Hernia Inguinalis.
3. Agar
dapat mengetahui manifestasi klinis Hernia Inguinalis.
4. Agar
dapat menjelaskan patofisiologis penyakit Hernia Inguinalis.
5. Agar
dapat memahami pemeriksaan diagnostic pada penyakit Hernia Inguinalis.
6. Agar
dapat menjelaskan kateterisasi penyakit Hernia Inguinalis.
7. Agar
mengetahui komplikasi pada penyakit Hernia Inguinalis.
8. Agar
memahami penatalaksanaan pada penyakit Hernia Inguinalis.
9. Agar
memahami dan dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada penyakit Hernia
inguinalis
1.4 MANFAAT
1.4.1
Manfaat Bagi Penulis
Dengan adanya askp hernia inguinalis
ini,penulis dapat menambah pengetahuan serta wawasan sekaligus mengembangkan
ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hernia
inguinalis.
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca
Penyusun ASKEP ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan mengenai apa definisi, anatomi fisiologi, etiologi, gejala
klinis, patofisiologi, penatalaksanaan serta mampu menyusun asuhan keperawatan
Hernia Inguinalis. Manfaat dari asuhan keperawatan Hernia Inguinalis ini adalah
untuk menyusun askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan
srta proses keprawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HERNIA INGUINALIS
2.1 Definisi
Hernia
Inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis aau lemah dari cincin
ingunali. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak/omenum (Erickson, 2009).
Hippocrates menggunakan istilah Yunan
hernias untuk suau tonjolan untuk menngambarkan hernia. Ebers papyrus, sekitar
1550 SM mendiskripsikan penggunaan istilah truss. Celcius kmudian mnggunakan
istilah transillumination untuk membedakan hernia dari hidrokel dan
menganjurkan tekanan bertahap (taxis) dalam pengelolaan hernia inkaserata atau
irreducible hernia (Gray, 2008).
Sebanyak 10% dari populasi mengembangkan
beberapa jenis hernia selama hidup. Sebanyak 50% adalah untuk hernia inguinalis
tidak langsung, di mana pria : wanita memiliki raso 7 : 1, sementara 25% adalah
untuk hernia inguinalis langsung. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya
umur. Halini berhubungan dengan berbagai aktivitas yang memungkinan peningkatan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (Ericson,
2009).
2.2 Etiologi
a)
Bagian rongga dinding lemah.
b)
Usia lanjut akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga.
c)
kehamilan
d)
Obesitas
e)
konstipasi
d)
Profesi yang sering mengangkat beban berat
e)
Batuk kronik
f)
Hipertrofi prostat
2.3 Manifestasi Klinis
Pada pasien
terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini
disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri
atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka
hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna,
tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak
akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada
ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah
kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
2.4 Patofisiologi
Hernia
inguinalis tidak langsung (hernia inguinals lateralis), di mana prostusi keluardari
rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh pigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalamkanalis
inguinlis dan jika cukup panjang, akan menonjol keluar dari annulus inguinalis
eksternus. Apabila herni iniberlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum melalui
jalur yng sama seperti pada saat testis bermigrasi dari rongga perut ke skrotum
pada saat perkembangan janin.Jalur inpi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga Hesselbach di bentuk leh fasia transversal yang d perkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominid yang terkadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensialuntuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak
keluar melalui kanalis inguinalis dan
tidak ke skotum, mumnya tidakdisertai strangulasi karena cincin hernia linggar.
Saraf ilioingunalis dan saraf iliofemoralis mempersarafi oto di region
inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas
kulit egio inguinalis, skrotum, dn sebagian keci kulit tunkai atas bagian
proksimomedial (Sjamsuhidayat, 2005).
Pada kondisi hernia inguinalis yang bisa
keluar masuk atau prostusi dapat bersifat hilang timbul disebut dengan hernia
responibel. Kondisi prostrusi terjadi jika pasien melakukan ktivitas berdiri atau
mengedan kuat dan masuk lagi jika berbaring atau distimulasi dengan mendorong
masusk perut. Kondisi ini biasanya tidak memberikan manifestasi keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Apabila postusi tidak dapat masuk kembali ke dalam
rongga perut maka ini disebut herna ireponibel atau hernia akreta. Kondisi ini
biasanya berhubungan dengan perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Nicks, 2008).
2.5 Pathway
|
|
||||||||||||||||
2.6
Pemeriksaan
Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah inguinal dan femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
b. Palpasi hernia inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan
dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis
kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup
banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan
kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.
c. Tangan kiri pemeriksa dapat
diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk
kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal
inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum
pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
d. Dengan jari telunjuk ditempatkan
pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia,
akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa.
Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah
hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada
masa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup
banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan
nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas berikutnya.
e. Setelah memeriksa sisi kiri,
prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi
kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri
pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih
nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.
- Foto ronsen spinal
- Elektromiografi
- Venogram epidural
- Fungsi lumbal
- Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
- Scan CT
- MRI
- Mielogram
2) Pemeriksaan
darah
a.
Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit
mengindikasikan adanya infeksi.
b. Hemoglobin ;
Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.
c.
Hematokrit ; peningkatan hematokrit
mengindikasikan dehidrasi
d. Waktu koagulasi
; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis intraoperasi/pascaoperasi.
3) Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri
mengindikasikan infeksi.
4) GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5) EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
2.7
Komplikasi
1. Terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena
mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena
infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada
usu halus
2. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan
ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
2.8
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan.
a)
Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b)
Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi
hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan
tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran,
aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau
menarik benda paling sedikit 6 minggu.
BAB III
KOSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA INGUNALIS
3.1
Pengkajian
Anamnesa
1)
Nama,umur,jenis
kelamin,agama,suu dana
kebangsaan,pendidikan,pekerjaan,alamat,nomor register,tanggal Masuk
Rumah Sakit,diagnose medis.
2)
Keluhan utama/alasan
penunjang : Adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen.
Alasan
kunjungan : Klien masuk rumah sakit dengan dengan nyeri terbakar yang dialami
sejak 2 hari yang lalu,dan di dapatkan di sisi hernia terutama pada hernia
srtangulata dan hernia inkarserata.
3)
Riwayat penyakit
sekarang: keluhan yang di dapat sesuai dengan kondisi hernia.
4)
Riwayat penyakit dahulu
: penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberculosis
5)
Riwayat penyakit
keluarga : Ditemukan prosentase yang kecil keterkaitan dengan penyakit
keturunan
6)
Riwayat penyakit
psikologis : Cemas
7)
Pemeriksaan fisik
B1 (BREATHING)
1)
Pada hernia reponibilis dan irreponibilis pernafasan dalam
batas normal.
2)
Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya
peningkatan RR (> 24 x /mnt)
B2 (BLOOD)
1)
Pada hernia reponibilis dan irreponibilis masih dalam batas
normal
B3 (BRAIN)
1)
Kesadaran secara kauntitatif (GCS) dalam batas normal
(4-5-6)
2)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis,kadang dijumpai
kesadaran yang apatis dan gelsah pada hernia inkarcerata dan strangulata.
B4 (BLADDER)
1)
Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai penuruna
produksi urine
B5
(BOWEL)
1) Pada hernia reponibilis dan
irreponibilis:
a)
Inspeksi: secara umum aka terlihat penonjolan abnormal pada
lipat paha. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka
dengan pemeriksaan sederhana pasien di dorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intra abdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan
pada lipat paha.
b)
Palpasi: Turgor kulit < 3 detik menandakan gejala dehidrasi.
Palpasi pada kantung hernia yang kososng kadang dapat diraba pada funikulus
sprematikus sebagai gesekan dari dua lapis kantung yang memeberikan sensasi
geseskan dua permukaan sutera.
c)
Perkusi: Nyei ketuk dan timpani terjadi akaibat adanya
flatulen, menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia
strangulasi.
d)
Auskultasi : Penurunan bisisng usus agar tidak ada bising
usus menandakan gejala obtruksi intestinal.
3.2
Diagnosa
1.
Nyeri b.d. respons
inflamasi local,kerusakan jaringan lunak pascabedah.
2.
Pemenuhan informasi
b.d. adanya evaluasi diagnostic, rencana pembedahan.
3.
Risiko tinggiinfeksi
berhubungan dengan adanya port de entrée luka pasca bedah.
3.3
Intervensi
1. Nyeri
b.d inflamasi local, kerusakan jaringan lunak pascabedah
·
Tujuan: dalam waktu
1x24 jam nyeri berkurang / teradaptasi
·
Kreteria evaluasi:
·
Secara subjektif
melaporkan nyeri berkkurang atau dapat teradaptasi
·
Skala nyeri 0-1 (0-4)
·
Dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
·
Pasien tidak gelisah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
respon nyeri dengan pendekatan PQRST
|
Pendekatan
komperhensif untuk menentukan rencana intervensi
|
Lakukan
menejemen nyeri keperwatan :
·
Istirahatkan pasien
pada saat nnnyeri muncul
·
Atur posisi
semivoler.
·
Dorong ambulasi dini
|
1. Istirahatkan
pasien secara fisiologisakan menurunkan kebutuhann oksigen yang di perlukan
untuk memenuhi kebutuhann metabolisme basal.
2. Posisi
ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu
mengurangi nyeri
3. Ambulasi
pasca bedahb sangat penting di lakukan dengan menggunakan ambulasi dini, maka
akan sangat penting menormalkan fungsi organ (merangsang flatus dan
peristaltic) sehingga menurunkan ketidanyamanan abdomen.
|
Kolaborasi
:
Kolaborasi
dengan tim medis pemberian analgetik
|
Analgetik
memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akann berkurang.
|
2. Pemenuhan
informasi b,d adanya rencana pembedahan, dan rencana rumah
Tujuan : 1x24 jam
informasi kesehatan terpenuhi
Kreteria evaluasi:
·
Pasien mampu
menjelaskan nkembali pendidikan kesehatan yang di berikan
·
Pasien termotivasi
untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Kaji tingkat
pengetahuan pasien tentang pembedahan apendiktomi, dan rencana perawat rumah.
·
Cari sumber yang
meningkatkan penerimaan informasi
|
1. Tingkat
pengetahuan di pengaruhi oleh kondisi social ekonomi pasien
2. Keluarga
terdekat dengann pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterprrestasi terhadap informasi yang diberikan.
|
Kolaborasi:
|
3. Resiko
tinggi infeksi b.d adanya port de centre
dari luka pembedahan
Tujuan : dalam waktu 12x24 jam
terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada intregritas jaringan lunak
Kreteriia evauasi :
·
Jahitan dilepas pada
hari ke-12 tanpa danya tanda-tanda infeksi dan perdangan diarea luka pembedahan
·
Leukosit dalam batas
norma
·
Ttv dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Kaji jenis
pembedahan, hari pembehan dan apakah ada order khusus dari tim dokter bedah
dalam melakukan perwatan luka
·
Beri kondisi balutan
dalam keadaan bersih dan kering.
|
1. Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpanan dari tujuan yang di harapkan
2. Kondisi
bersih dan kering akan menghindari kontaminasi komensal. Sebaliknya jika
dalam keadaan basah akan mengakibatkan respon inflamasi local akan memperlama
penyembuhan luka
|
Kolabirasi
:
·
Pengguan antibiotik
|
1. Antibiotic
injeksi dibeerikan selama satu pasca bedah. Yang kemudian dilanjutkan
antibiotic oral sampai jahitan lepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi
dan riwayat alergi antibiotic, serta memberikan antibiotic sesuai pesanan
dokter.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Hernia dapat dijumpai pada semua usia,
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang
dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat
mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta
adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar
penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi.
4.2 SARAN
Demikianlah makalah askep ini kami buat
untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan hernia inguinalis. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang memebangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arif,Kumala Sri. 2013. Gangguan
Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar