Senin, 25 April 2016

Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis







MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA INGUINALIS




Dosen Pengampu: Ns. Ferawati S.Kep
                                   Ns. Maslichah,,S.Kep
Disusun oleh kelompok:
   1.               Riska Maulida Saropina   (01314050)
2.      Nita Puspitasari                   (01314045)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2014/2015





 
KATA PENGANTAR

        Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT. Yang karena limpahan rahmat dan kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah Askep yang berjudul “HERNIA INGUINALIS”, sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Sistem Pencernaan.         Tentunya ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya makalah ini. Untuk itu penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepada Ns.Ferawati,S.Kep dan  Ns.Maslichah,S.Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah askep ini. Dan tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang telah memberikan support kepada kami sehingga penyusun dapat menyeesaikan makalah askep ini.
        Penyusun telah menyusun makalah askep ini dengan sebaik-baiknya,namun pastilah masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap banyak masukan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi penyusun dan pembaca, paling tidak sebagai studi pembanding dengan askep lain.amin.








Bojonegoro,  November  2014
Penulis




DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................................. . i
Kata pegantar.................................................................................................................. . ii
Daftar isi......................................................................................................................... iii
Bab I  Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi....................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi....................................................................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis....................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi............................................................................................................... 4
2.5 Pathway.................................................................................................................... . 5
2.6 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................. 6
2.7 Komplikasi................................................................................................................. 7
2.8 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................. 8
BAB III   KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA INGUNALIS
3.1 Pengkajian.................................................................................................................. 9
3.2 Diagnosa.................................................................................................................... 10
3.3 Intervensi................................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
4.2 Saran ........................................................................................................................ 13
Daftar pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
 Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang. Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan tekanan pada intraabdomen.
      Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dari penyakit Hernia Inguinalis?
2.      Apa saja etiologi dari penyakit Hernia Inguinalis?
3.      Apa manifestasi klinis dari Hernia inguinalis?
4.      Bagaimana patofisiologis dari Hernia Inguinalis?
5.      Bagaimana dengan Pemeriksaan Dignostik Hernia Inguinalis?
6.      Kateterisasi pada Hernia Inguinalis?
7.      Komplikasi pada Hernia Inguinalis?
8.      Penatalaksanaan pada Hernia Inguinalis?
9.      Asuhan keperawatan pada px Hernia inguinalis?

1.3 TUJUAN    
1.      Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit Hernia Inguinalis.
2.      Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit Hernia Inguinalis.
3.      Agar dapat mengetahui manifestasi klinis Hernia Inguinalis.
4.      Agar dapat menjelaskan patofisiologis penyakit Hernia Inguinalis.
5.      Agar dapat memahami pemeriksaan diagnostic pada penyakit Hernia      Inguinalis.
6.      Agar dapat menjelaskan kateterisasi penyakit Hernia Inguinalis.
7.      Agar mengetahui komplikasi pada penyakit Hernia Inguinalis.
8.      Agar memahami penatalaksanaan pada penyakit Hernia Inguinalis.
9.      Agar memahami dan dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada penyakit Hernia inguinalis
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
        Dengan adanya askp hernia inguinalis ini,penulis dapat menambah pengetahuan serta wawasan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hernia inguinalis.

1.4.2  Manfaat Bagi Pembaca
       Penyusun ASKEP ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai apa definisi, anatomi fisiologi, etiologi, gejala klinis, patofisiologi, penatalaksanaan serta mampu menyusun asuhan keperawatan Hernia Inguinalis. Manfaat dari asuhan keperawatan Hernia Inguinalis ini adalah untuk menyusun askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan srta proses keprawatan.

                                                              











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HERNIA INGUINALIS
2.1 Definisi
     Hernia Inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis aau lemah dari cincin ingunali. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak/omenum (Erickson, 2009).
    Hippocrates menggunakan istilah Yunan hernias untuk suau tonjolan untuk menngambarkan hernia. Ebers papyrus, sekitar 1550 SM mendiskripsikan penggunaan istilah truss. Celcius kmudian mnggunakan istilah transillumination untuk membedakan hernia dari hidrokel dan menganjurkan tekanan bertahap (taxis) dalam pengelolaan hernia inkaserata atau irreducible hernia (Gray, 2008).
    Sebanyak 10% dari populasi mengembangkan beberapa jenis hernia selama hidup. Sebanyak 50% adalah untuk hernia inguinalis tidak langsung, di mana pria : wanita memiliki raso 7 : 1, sementara 25% adalah untuk hernia inguinalis langsung. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur. Halini berhubungan dengan berbagai aktivitas yang memungkinan peningkatan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (Ericson, 2009).
2.2 Etiologi
a) Bagian rongga dinding lemah.
b) Usia lanjut akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga.
c) kehamilan
d) Obesitas
e) konstipasi
d) Profesi yang sering mengangkat beban berat
e) Batuk kronik
f) Hipertrofi prostat
2.3 Manifestasi Klinis
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada  anulus inguinalis eksterna yang  mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali   menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis  eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis  interna di tekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk  dinding medial hernia.

2.4 Patofisiologi
Hernia inguinalis tidak langsung (hernia inguinals lateralis), di mana prostusi keluardari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh pigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalamkanalis inguinlis dan jika cukup panjang, akan menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila herni iniberlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum melalui jalur yng sama seperti pada saat testis bermigrasi dari rongga perut ke skrotum pada saat perkembangan janin.Jalur inpi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach di bentuk leh fasia transversal yang d perkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominid yang terkadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensialuntuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis  inguinalis dan tidak ke skotum, mumnya tidakdisertai strangulasi karena cincin hernia linggar. Saraf ilioingunalis dan saraf iliofemoralis mempersarafi oto di region inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit egio inguinalis, skrotum, dn sebagian keci kulit tunkai atas bagian proksimomedial (Sjamsuhidayat, 2005).
   Pada kondisi hernia inguinalis yang bisa keluar masuk atau prostusi dapat bersifat hilang timbul disebut dengan hernia responibel. Kondisi prostrusi terjadi jika pasien melakukan ktivitas berdiri atau mengedan kuat dan masuk lagi jika berbaring atau distimulasi dengan mendorong masusk perut. Kondisi ini biasanya tidak memberikan manifestasi keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Apabila postusi tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga perut maka ini disebut herna ireponibel atau hernia akreta. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Nicks, 2008).





2.5  Pathway
 
































nyeri
 

pascabedah
 













 






















2.6    Pemeriksaan Diagnostik

1)      Pemeriksaan Fisik
a.   Inspeksi daerah inguinal dan femoral

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

b.   Palpasi hernia inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.

c.   Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
d.  Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas berikutnya.

e.   Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.

-  Foto ronsen spinal
-  Elektromiografi
-  Venogram epidural
-  Fungsi lumbal
-  Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
-  Scan CT
-  MRI
-  Mielogram
2)      Pemeriksaan darah
a.        Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.
b.       Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.
c.        Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
d.       Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis intraoperasi/pascaoperasi.
3)      Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
4)      GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5)      EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
2.7    Komplikasi
1.   Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
2.   Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.




2.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan.
a)        Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat    anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b)        Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.



                                                             














                                                              BAB III
                                      KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN
                                                   HERNIA INGUNALIS

3.1 Pengkajian
      Anamnesa
1)        Nama,umur,jenis kelamin,agama,suu dana      kebangsaan,pendidikan,pekerjaan,alamat,nomor register,tanggal Masuk Rumah Sakit,diagnose medis.
2)        Keluhan utama/alasan penunjang : Adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen.
Alasan kunjungan : Klien masuk rumah sakit dengan dengan nyeri terbakar yang dialami sejak 2 hari yang lalu,dan di dapatkan di sisi hernia terutama pada hernia srtangulata dan hernia inkarserata.
3)        Riwayat penyakit sekarang: keluhan yang di dapat sesuai dengan kondisi hernia.
4)        Riwayat penyakit dahulu : penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberculosis
5)        Riwayat penyakit keluarga : Ditemukan prosentase yang kecil keterkaitan dengan penyakit keturunan
6)        Riwayat penyakit psikologis : Cemas
7)        Pemeriksaan fisik
B1 (BREATHING)
1)        Pada hernia reponibilis dan irreponibilis pernafasan dalam batas normal.
2)        Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt)
  B2 (BLOOD)
1)      Pada hernia reponibilis dan irreponibilis masih dalam batas normal
 B3 (BRAIN)
1)      Kesadaran secara kauntitatif (GCS) dalam batas normal (4-5-6)
2)      Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis,kadang dijumpai kesadaran yang apatis dan gelsah pada hernia inkarcerata dan strangulata.
 B4 (BLADDER)
1)      Pada hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai penuruna produksi urine
B5 (BOWEL)
1)      Pada hernia reponibilis dan irreponibilis:
a)      Inspeksi: secara umum aka terlihat penonjolan abnormal pada lipat paha. Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan pemeriksaan sederhana pasien di dorong untuk melakukan aktivitas peningkatan intra abdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
b)     Palpasi: Turgor kulit < 3 detik menandakan gejala dehidrasi. Palpasi pada kantung hernia yang kososng kadang dapat diraba pada funikulus sprematikus sebagai gesekan dari dua lapis kantung yang memeberikan sensasi geseskan dua permukaan sutera.
c)      Perkusi: Nyei ketuk dan timpani terjadi akaibat adanya flatulen, menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia strangulasi.
d)     Auskultasi : Penurunan bisisng usus agar tidak ada bising usus menandakan gejala obtruksi intestinal.
3.2 Diagnosa
1.        Nyeri b.d. respons inflamasi local,kerusakan jaringan lunak pascabedah.
2.        Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostic, rencana pembedahan.
3.        Risiko tinggiinfeksi berhubungan dengan adanya port de entrĂ©e luka pasca bedah.

3.3 Intervensi
1.      Nyeri b.d inflamasi local, kerusakan jaringan lunak pascabedah
·           Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang / teradaptasi
·           Kreteria evaluasi:
·           Secara subjektif melaporkan nyeri berkkurang atau dapat teradaptasi
·           Skala nyeri 0-1 (0-4)
·           Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
·           Pasien tidak gelisah


















INTERVENSI
RASIONAL
Kaji respon nyeri dengan pendekatan PQRST
Pendekatan komperhensif untuk menentukan rencana intervensi
Lakukan menejemen nyeri keperwatan :
·         Istirahatkan pasien pada saat nnnyeri muncul
·         Atur posisi semivoler.
·         Dorong ambulasi dini


1.      Istirahatkan pasien secara fisiologisakan menurunkan kebutuhann oksigen yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhann metabolisme basal.
2.      Posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri
3.      Ambulasi pasca bedahb sangat penting di lakukan dengan menggunakan ambulasi dini, maka akan sangat penting menormalkan fungsi organ (merangsang flatus dan peristaltic) sehingga menurunkan ketidanyamanan abdomen.
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan tim medis pemberian analgetik
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akann berkurang.
2.      Pemenuhan informasi b,d adanya rencana pembedahan, dan rencana rumah
Tujuan : 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi
Kreteria evaluasi:
·         Pasien mampu menjelaskan nkembali pendidikan kesehatan yang di berikan
·         Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan

INTERVENSI
RASIONAL
·         Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan apendiktomi, dan rencana perawat rumah.
·         Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
1.      Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh kondisi social ekonomi pasien
2.      Keluarga terdekat dengann pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk menurunkan resiko misinterprrestasi terhadap informasi yang diberikan.

Kolaborasi:


3.      Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de centre dari luka pembedahan
Tujuan : dalam waktu 12x24 jam terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada intregritas jaringan lunak
Kreteriia evauasi :
·         Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa danya tanda-tanda infeksi dan perdangan diarea luka pembedahan
·         Leukosit dalam batas norma
·         Ttv dalam batas normal
INTERVENSI
RASIONAL
·         Kaji jenis pembedahan, hari pembehan dan apakah ada order khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perwatan luka
·         Beri kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering.
1.      Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari tujuan yang di harapkan
2.      Kondisi bersih dan kering akan menghindari kontaminasi komensal. Sebaliknya jika dalam keadaan basah akan mengakibatkan respon inflamasi local akan memperlama penyembuhan luka
Kolabirasi :
·         Pengguan antibiotik
1.      Antibiotic injeksi dibeerikan selama satu pasca bedah. Yang kemudian dilanjutkan antibiotic oral sampai jahitan lepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat alergi antibiotic, serta memberikan antibiotic sesuai pesanan dokter.











BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
        Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan di daerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi.


4.2 SARAN
     Demikianlah makalah askep ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan hernia inguinalis. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang memebangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.















                                                  DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif,Kumala Sri. 2013. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar